SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
A.
Pendapat Para Sejarawan Tentang Masuknya Islam ke Indonesia
Menurut Hamka (1963:87-88,
dalam Hasjmy, 1990:3), agama Islam masuk ke Indonesia secara berangsur- angsur
dan dimulai pada abad ketujuh Masehi. Agama Islam datang ke
Indonesia dengan dibawa oleh saudagar-saudagar Islam. Saudagar-saudagar
tersebut bukan hanya dari Arab saja, melainkan ada yang berasal dari Persia dan
Gujarat.
Muhammad Said membuat
kesimpulan (1963:226-227, dalam Hasjmy, 1990:4), sumber-sumber sejarah Arab
mengatakan bahwa di Sumatra sejak abad sembilan. Pada abad tersebut di
berbagai bandar sudah banyak pendatang Arab yang beragama Islam. Sebaliknya,
menurut sumber-sumber orang luar (Arab dan Tionghoa) Islam masuk ke Indonesia
pada abad pertama Hijriyah yakni sekitar abad tujuh sampai dengan abad kedelapan.
Haji Abu Bakar Aceh memberi
kesimpulan (1963:127, dalam Hasjmy, 1990:4), Islam masuk ke Indonesia pertama
kali di Aceh. Penyiar Islam pertama tidak hanya dari India dan Gujarat, akan
tetapi ada dari bangsa Arab. Mazhab pertama yang dipeluk di Aceh adalah Syiah
dan Syafi’i.
Muljana (2008:130),
menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad kedua belas. Hal ini dikarenakan pada akhir abad kedua belas ditemukan kerajaan Islam yang
bernama Perlak di daerah pantai timur Sumatra. Kerajaan itu diberi nama
Peureulak karena didirikan oleh para pedagang asing dari Maroko, Persi,
Gujarat, dan Mesir yang sejak awal abad kedua belas sudah menetap di sana.
Selain pendapat-pendapat para
sejarawan diatas ada juga beberapa teori lain yang menyebutkan tentang masuknya
Islam ke Indonesia. Teori-teori tersebut diantaranya adalah teori Gujarat,
teori Makkah, dan teori Persia. Ketiga teori tersebut tidak membicarakan
masuknya Islam dari setiap pulau tapi hanya menganalisis dari Sumatra dan Jawa
sebab dua wilayah itu yang merupakan sampel wilayah Nusantara lainnya. Dalam
teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para
pedagang dari Gujarat. Kemudian, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ketiga belas. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya batu nisan pertama Sultan kerajaan
Samudra, yakni Malik al-Saleh yang wafat 1297. Teori Makkah merupakan suatu
teori yang dihasilkan dari koreksi dan kritik Hamka. Teori yang ketiga adalah
teori Persia, teori ini lebih memfokuskan pada kebudayaan yang hidup dalam
masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia.
Dalam teori Persia dijelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas dengan dibawa oleh saudagar dari Gujarat. Jika kita melihat, teori Gujarat
dan Persia itu mempunyai kesamaan. Perbedaan dalam kedua teori ini terletak
pada ajarannya. Dalam teori Gujarat dijelaskan bahwa Islam mempunyai kesamaan
ajaran dengan mistik India. Namun, dalam teori Persia memandang bahwa adanya
kesamaan ajaran sufi Indonesia dengan ajaran sufi Persia (Suryanegara,
1996:74-93).
Dari semua pendapat-pendapat
di atas kita dapat menyimpulkan bahwa menurut pendapat yang paling kuat Islam
masuk ke Indonesia pada awal abad pertama Hijriyah yakni abad tujuh Masehi. Sebaliknya, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ketiga belas
dan masuknya ke Indonesia pertama kali dibawa oleh saudagar-saudagar dari Arab.
B.
Kerajaan- Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ada banyak, antara lain:
1. Kerajaan Islam di Peureulak
Menurut catatan sejarah bahwa
pada tahun 173 Hijriyah (800 Masehi) telah berlabuh sebuah kapal milik para saudagar Islam yang dipimpin oleh
nahkoda khalifah[1][1] di kerajaan Peureulak. Para saudagar[2][2] tersebut datang dari Teluk Kambey (Gujarat). Para saudagar tersebut datang
ke Peureulak bukan hanya berniat untuk berdagang saja, akan tetapi juga untuk
menyebarkan Islam di Indonesia.
Kerajaan Peureulak semula
bukan kerajaan Islam, tetapi setelah Islam datang dan tersebar di Peureulak
maka berdirilah kerajaan Islam di Peureulak. kerajaan Islam Peureulak berdiri
pada hari selasa, satu Muharram 225 Hijriyah (840 Masehi). Sultan pertama kerajaan ini
adalah Saiyid Maulana Abdul Aziz dengan gelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana
Abdul Aziz Syah. Ibukota kerajaan ini adalah Bandar Peurelak, akan tetapi
kemudian diubah namanya menjadi Bandar Khalifah.
2. Kerajaan Islam Samudra Pasai
Pada tahun 433 Hijriyah (1042 Masehi) datang seorang keluarga
Sultan Mahmud Peureulak di Tanon Data. Beliau datang kesana dengan tujuan untuk
menyebarakan Islam dan membangun kerajaan Islam Samudra Pasai. Sultan
pertama kerajaan tersebut adalah Mahmud Syah dengan gelar Maharaja Mahmud Syah,
beliau juga sering disebut dengan Meurah Giri. Menurut catatan sejarah kerajaan
Islam Samudra Pasai memiliki tamaddun dan kebudayaan yang tinggi, antara lain:
Telah mempunyai pemerintahan dan lembaga- lembaga Negara yang teratur,
perekonomian dan keuangan yang stabil, perdagangan yang maju, lembaga- lembaga
ilmu pengetahuan yang berkembang, angkatan perang dan hubungan luar negri yang
teratur, mata uang sendiri.
Ibnu Batutah sendiri telah
menulis tentang kemajuan dan teraturnya kerajaan Samudra Pasai. Beliau menulis
dalam bukunya bahwa kerajaan tersebut memiliki raja-raja yang alim, bijaksana,
berani dan cinta kepad ulama, sedankan menteri-menterinya arif dan budiman,
ulama-ulamanya shalih dan jujur.
3. Kerajaan Darussalam
Di daerah Aceh besar terdapat
kerajaan yang bernama Indra Purba. Kerajaan ini berdiri sekitar 2000 tahun
sebelum nabi Isa, selama ribuan tahun kerajaan tersebut selalu mengalami pasang
surut. Pada tahun sekitar 450 sampai dengan 460 Hijriyah (1059 sampai dengan 1069 Masehi), tentara cina menyerang kerajaan Indra Purba yang pada masa tersebut di
perintah oleh Maharaja Indra Sakti. Pada waktu perang berlangsung tibalah di
kerajaan Indra Purba dua pasukan yang dikirim oleh kerajaan Islam Peureulak.
Dengan demikian, bertambah kuatlah kekuatan kerajaan Indra Purba sehingga
kerajaan Indra Purba mengalami kemenangan. Untuk membalas jasa maka
Maharaja Indra Sakti mengawinkan putrinya dengan Meurah Johan, salah seorang
putra mahkota dari kerajaan Lingga.
Pada hari Jumat, Ramadlan 601
Hijriyah (1025 Masehi) diubahlah nama kerajaan Indra Purba dengan nama kerajaan Darussalam
dengan ibukotanya Bandar Darussalam. Sultan Pertama di kerajaan ini adalah
Meurah Johan dengan gelar Sultan Alaiddin Johan Syah. Setelah membuat ibukota
baru yaitu Bandar Darussalam, beliau juga membuat kota peristirahatan yang
nantinya di kota itulah beliau dimakamkan.
Selain kerajaan-kerajaan
tersebut masih banyak kerajaan Islam lain yang lahir setelah kerajaan
Hindu-Budha runtuh, diantaranya adalah kerajaan Demak di Jawa, kerajaan Lingga
di Aceh Tengah, kerajaan Islam Jaya, dan lain-lain.
C.
Perkembangan Islam di Indonesia
Menurut Wahab (2004:6)
mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan proses damai. Islam berkembang
di Indonesia melalui beberapa jalan, diantaranya: Jalur perdagangan, lembaga
pendidikan, dan pondok pesantren.
1. Jalur
Perdagangan
Suryanegara (1978:1, dalam
Wahab, 2004:6) menjelaskan bahwa kedatangan Islam di Indonesia dikembangkan
melalui jalur perdagangan dan daerah yang pertama di datangi oleh Islam adalah Sumatra dan Jawa. Hal ini didasarkan adanya perdagangan Arab
dan dunia timur yang berlangsung sejak abad kedua sebelum Masehi. Selain itu,
adanya berita dari Cina bahwa di Sumatra Barat terdapat seorang pembesar Arab
yang menjadi kepala Arab Islam pada tahun 674 Masehi.
2. Jalan
Pendidikan
Wahab (2004:8) menyebutkan
bahwa agama Islam selain dikembangkan melalui jalan perdagangan juga melalui jalan pendidikan. Ini dibuktikan dengan adanya
lembaga pendidikan, lembaga tersebut sekarang masih ada, seperti: pondok
pesantren, masjid, surau, dan sebagainya. Adanya pondok pesantren membuat agama
Islam melakukan pembaharuan dalam masyarakat, budaya, dan kehidupan beragama.
Menurut Anshari (1976:176,
dalam Wahab, 2004:7), “Kedatangan Islam ke Indonesia ini membawa kecerdasan dan
peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia”.
3. Pondok
Pesantren
Menurut Wahab (2004:9), kehidupan pondok pesantren zaman sekarang dengan pondok pesantren zaman
dahulu telah mengalami perubahan dalam sistem pendidikannya atau
keadaan lainnya. Dalam pendidikan zaman dahulu para santri diwajibkan tinggal di asrama pondok[3][3], hal inilah yang menyebabkan adanya jalinan kasih sayang yang kuat
diantara para murid dan pendidik.
Dari sini
kita dapat menyimpulkan bahwa Islam dibawa dan disebarkan bukan dengan
kekerasan, melainkan dengan perdamaian dan hal itu pulalah yang membawa Islam
mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Menurut para pakar sejarah
(Wahab, 2004:10), hal-hal yang terkait dengan perkembangan masuknya Islam di
Indonesia adalah permulaan abad pertama Masehi yang para pedagang asing seperti Tiongkok, India, dan Arab mulai berlayar melalui
pelayaran Indonesia. Kemudian setelah Islam lahir dan berkembang di Arab,
akhirnya masuk juga di negara Indonesia pada abad ketujuh Masehi. Islam masuk ke Indonesia
pertama di daerah Sumatra dibawa oleh pedagang Persi, India, dan juga utusan
dari bangsa Arab.
Para ahli yang mengatakan Islam masuk di Sumatra pada abad ketujuh Masehi
antara lain: Sayid Alwi bin Tahir Alhaddad Mufsi, H. M. Zaenudin (beliau
mengatakan bahwa pada abad ketujuh saat Rasulullah masih hidup dan singgah
pertama di Sumatra Utara yaitu Kampung Lamuri), dan H. Zaenal Arifin Abbas,
(beliau menerangkan bahwa pada tahun 684 Masehi ada seorang pemimpin Arab Islam
yang berangkat ke Tiongkok dan beliau sudah punya pengikut di Sumatra Utara).
Menurut para
ahli masuknya Islam di Sumatra adalah pada abad ketujuh Masehi. Hal ini dapat dibuktikan melalui peninggalan-peninggalan yang
ditemukan, seperti di daerah Minangkabau Timur yang terdapat beberapa batu nisan
yang diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi. Selain itu, di daerah Barus dan Riau terdapat kuburan besar dari ulama
penyiar Islam yang mempunyai tanda batu-batu besar yang bergambar bulan
bintang. Di daerah Riau juga ada nama-nama daerah yang bersifat ke
Arab-araban, seperti: kota Kutib, Iskandariyah, Kuffah, dan sebagainya.
Sedangkan, di daerah Barus Tapanuli ditemukan batu yang bertuliskan huruf Arab,
yang isinya adalah pencarian empat murid terhadap gurunya yang mengajar Islam
di Barus. Batu itu diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi.
Islam tidak hanya berkembang di Sumatra, akan tetapi juga di Jawa. Perkembangan Islam di Jawa disebarkan oleh para wali Sembilan (wali
songo[4][4]) yang hidup pada masa kesultanan Demak yang terjadi antara tahun 1500 sampai dengan 1550. Para wali tersebut dalam
pemerintahan bertugas sebagai penasihat raja. Wali-wali tersebut antara lain:
Wali yang mengembangkan Islam di Jawa Timur adalah Maulana Malik Ibrahim, Raden
Rahmat (Sunan Ampel), Sunan Giri (Maulan Ainul Yakin). Selanjutnya, Wali yang
mengembangkan Islam di Jawa Tengah adalah Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan
Bonang, Sunan Muria, Sunan Muria, Syaikh Siti Jenar. Selain itu, Wali yang
mengembangkan Islam di Jawa Barat adalah Sunan Gunung Jati (Fatahillah).
No comments for "SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA"
Post a Comment